Cara Mengatasi Nyeri Saat Haid

premenstrual syndromeSetiap wanita yang sehat pasti akan mengalami haid (menstruasi) ketika memasuki masa remaja dan pubertas.

Datangnya haid dalah pertanda bahwa wanita telah memasuki usia subur namun belum mengalami pembuahan.

 

Siklus haid tiap wanita tidak selalu harus sama, namun secara umum biasanya terjadi antara 21 hari hingga sebulan sekali. Ketika menjelang datangnya menstruasi banyak wanita yang mengalami rasa nyeri yang berlebihan (pre menstrual syndrome).

Rasa nyeri saat menstruasi terjadi karena peluruhan sel telur pada rahim. Rasa nyeri saat haid wajar-wajar namun bukan untuk diabaikan begitu saja.

Jika kejadian nyerinya berlebihan diperlukan penelitian lebih mendalam pada dokter ahli kandungan.

Rasa nyeri saat haid dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  • Tejadinya  peradangan pada panggul
  • Adanya  tumor di sekitar alat reproduksi
  • Faktor stress
  • Faktor abnormalnya rahim itu sendiri
  • Faktor penyakit
TERKAIT:  Makanan Diet Pembakar Lemak Perut

Terkadang wanita menggunakan obat peredam nyeri untuk menghilangkan rasa nyeri saat haid, tetapi sebenarnya hal tersebut bukanlah keputusan yang bijak. Penggunaan obat peredam nyeri justru dapat menimbulkan gejala ketergantungan terhadap obat. Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Ada beberapa cara mengatasi nyeri saat haid, antara lain:

  • Mandi dengan air hangat agar rasa nyeri hilang
  • Kompres perut dengan botol yang diisi air hangat yang di balut dengan kain
  • Memakai pakaian longgar pada saat menjelang haid.
  • Memperbanyak minum air putih
  • Hindari minum terlalu banyak gula, kafein, cokelat, dan es
  • Mengkonsumsi Vitamin B1 dan B2
  • Meningkatkan asupan Kalsium dan Vitamin D
  • Hindari minuman yang berkarbonasi  atau yang beralkohol
  • Kurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam dan penyedap lainnya
TERKAIT:  Manfaat Puasa untuk Kecantikan

Jika beberapa cara mengatasi nyeri saat haid di atas sudah Anda lakukan namun nyeri haid tetap terjadi, segeralah berkonsultasi dengan dokter ahli kandungan dan kebidanan (obgyn).